Pages

Ads 468x60px

Rabu, 23 November 2011

indahnya jadi akhwat [part2]


Bismillah, 
Setelah note indahnya jadi akhwat [part1] http://sheeta-masytaulfah89.blogspot.com/2011/06/kaos-kaki-indahnya-jadi-akhwat.html sukses dipasaran (halah), kembali saya ingin menilik pernak-pernik unik dan nyentrik ala akhwat yang lainnya. Setelah mendengar beberapa kisah para sahabat dan tentunya kisah pengalaman pribadi yang semuanya akan dirangkum dalam jilat investigasi ^,^

Mungkin teman-teman adalah para mahasiswa, karyawan, siswa atau ibu rumahtangga. Berbagai profesi, tentunya tempat “nongkrong”nya pun beda-beda, dan bisa jadi kisahnya pun berbeda. kali ini masih bertema tentang penampilan akhwat yang “beda dari yang lain”. Jilbab melambai, rok, manset, kaoskaki, atau sesekali gamis, intinya semua tertutup, rapat, tanpa celah. Dengan ini akhirnya, tanpa kita sadari dan tanpa kita inginkan, akan ada suara- suara berterbangan disekitar telinga yang kadang membuat kita malu, sedih atau bahkan atit ati alias sakit hati. Kalau ada yang mengomentari penampilan kita apa yang biasa kita lakukan? Menghibur diri “yasudahlah, gak usah didengar”, tapi hati kecil terus menjawab “tapi komentar itu terus-menerus diulang” dan kembalilah menghibur diri “itu hanya diawal-awal aja, toh nanti mereka akan capek”.

Nah, bagi teman-teman yang pernah dikomentari penampilannya coba saya tebak, mungkin komentarnya adalah “ih, kamu pakai pakaian kayak gini jadi kayak ibu-ibu”. Ayo siapa yang pernah dikomentari kayak gini acungkan tangan. (saya, saya, saya dengan seketika hampir semua akhwat mengangkat tangan), hampir semua akhwat pernah dikomentari kayak gini toh??? nah, saya punya jawaban nih buat teman-teman yang dibilang kayak ibu-ibu, mungkin bisa jadi pelipur lara atau menembak mati sang komentator. Teman-teman cukup jawab, Alhamdulillah dibilang kayak ibu-ibu, daripada dibilang kayak bapak-bapak, wah…kan bisa gawat tuh.. bisa gempar dunia persilatan ^,^

Dan komentar lainnya, kalau yang  ini pengalaman pribadi. Saya pernah dibilang kayak ninja. Oh no..!ninja dong saudara-saudara, bayangkan, betapa beruntungnya ninja itu disamakan dengan saya. Hoho.. saya ingat betul ketika itu tahun pertama saya hijrah, lagi semangat 45, eh tiba-tiba dbilang kayak ninja bisa dibayangkan gimana perasaan saya? (ayo bayangkan) mungkin perasaannya sama dengan ketika gawang kurnia meiga dirobek-robek oleh tendangan finalti harimau Malaya di final sea games tadi malam, hehe gak nyambung. Artinya saudara-saudara, memang menyakitkan, mengecewakan, menyedihkan, dan me-me lainnya. Tapi apakah itu cukup untuk menggoyangkan idealisme kita? Oh tidak bisa… tidak segampang itu saudara-saudara. Taukah anda wahai para komentator, bahwa idealisme itu sudah sangat mengakar dan mendarah daging pada diri kami sehingga angin, badai, putingbeliung pun akan mikir ribuan kali untuk mencoba mengacak-acaknya. Kami akan tetap “unik”, kami akan tetap “nyentrik”, walau kami sadar, menjadi putih dilingkungan yang hitam itu sulit.

Untuk itu saudara-saudara, saya dedikasikan kedua jempol untuk teman-teman yang selalu dipandang aneh, diliatin dari jauh sampai dekat dan dari atas sampai bawah, dipandang seolah-olah makhluk luar angkasa yang nyasar dibumi. Dan kepada teman-teman yang sembunyi-sembunyi memakai rok kekampus sedangkan seragam kampusnya menggunakan celana (senggol anak-anak kebidanan dan keperawatan :). Salut untuk semua akhwat yang tetap bersinar ditengah kumpulan manusia yang hiruk-pikuk mengomentarinya. Yakinlah saudara-saudara senasib dan seperjuangan, bahwa bayaran dari ini semua sangat indah. Bukankah harus menunggu hujan untuk melihat indahnya pelangi?? Maka bersabarlah.. ^,^